Firman
Allah yang menganjurkan untuk semangat
dalam menuntut ilmu.
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang
wajib di miliki ,karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah
yang merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah,tanpa didasari ilmu.Dalam
Agama ,Ilmu pengetahuan adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat
selamanya.
§ BUNYI DAN TERJEMAHAN AYAT
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ
كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ
وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ
يَحْذَرُونَ
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya”
§ ASBABUN NUZUL AYAT
· Ibnu Abu Hatim
mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan, bahwa ketika
diturunkan firman-Nya berikut ini, yaitu, "Jika kalian tidak berangkat
untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksa yang pedih."
(Q.S. At-Taubah 39). Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak
berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah badui (pedalaman) karena
sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik memberikan
komentarnya, "Sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di
daerah-daerah pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu."
Kemudian turunlah firman-Nya yang menyatakan, "Tidak sepatutnya bagi
orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang)." (Q.S.
At-Taubah 122). Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lainnya melalui
Abdullah bin Ubaid bin Umair yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum
Mukminin yang sangat besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila
Rasulullah saw. mengirimkan pasukan perang, maka mereka semuanya berangkat. Dan
mereka meninggalkan Nabi saw. di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah.
Maka turunlah firman Allah swt. yang paling atas tadi (yaitu surah At-Taubah
ayat 122).
§
KANDUNGAN
Q.S AT TAUBAH 122
Dalam kebudayaan Islam, hijrah
untuk menuntut ilmu pengetahuan tidak kurang nilai pahalanya daripada pahala
orang yang pergi untuk berjihad melawan musuh. Karena ayat ini berbicara kepada
orang-orang Mukmin dengan menyatakan, Sebagian orang harus siap, dan guna
mengenal kedalaman agama Allah ini, manusia harus berhijrah dari desa dan kota
mereka kemudian kembali ke kampung halaman, lalu menyampaikan ajaran dan
hukum-hukum Islam kepada kaumnya.
Sebagaimana
diketahui, agama merupakan sekumpulan dan seperangkat nilai yang terdiri dari
usul dan furu'uddin, yang harus diketahui oleh setiap orang mukmin. Adapun
dalam berbagai riwayat, istilah fikih berhubungan dengan hukum-hukum agama
Islam yang menjelaskan hal-hal wajib, haram, mustahab dan makruh. Nabi Muhammad
Saw sewaktu mengutus Imam Ali bin Abi Thalib as ke Yaman, beliau memerintahkan
kepadanya agar mengajarkan fikih kepada masyarakat, sehingga merka dapat
menerapkan hukum-hukum Allah sebagai peraturan dan ajaran Islam. Imam Ali as
juga berpesan kepada putra beliau dengan mengatakan, "Dalam Islam, fikih
merupakan peraturan yang harus diamalkan. Sedemikian tingginya peran fikih ini,
sehingga para fuqaha disebut sebagai pewaris anbiya.
Dari ayat tadi
terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berhijrah
memerlukan komitmen Iman, guna mengenal dan mendalami agama Islam, yang tak
lain adalah untuk menyelamatkan agama Islam itu sendiri.
2. Pada saat
berperang pun, kaum Muslimin tidak boleh lalai dan melupakan perjuangan membina
pemikiran, keyakinan dan akhlak masyarakat.
3. Para penuntut
ilmu mengenal 2 tahap hijrah. Pertama, hijrah menuju ke pusat-pusat ilmu
pengetahuan, dimana mereka menuntut dan mencari berbagai ilmu pengetahuan.
Sedangkan yang kedua ialah hijrah untuk mengajarkannya kepada orang lain
§ HADIST YANG MENGANJURKAN UNTUK MENUNTUT ILMU
عَنْ
أَبِي الدَّرْدَاءَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْ لَ اللّهِ صَلَّى اللّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ
عِلْمًا سَهَّلَ اللّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى اْلجَنَّةِ وَإِنَّ
اْلمَلإَكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًالِطَالِبِ اْلعِلْمِ وَإِنَّ
طَالِبَ اْلعِلْمِ يَسْتَغْفِرُلَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ
حَتَّى اْلحِيْتَانِ فِي اْلمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ اْلعِلْمِ عَلَى
اْلعَاِبدِ كَفَضْلِ اْلقَمَرِعَلَى سَاءِرِ اْلكَوَاكِبِ إِنَّ
اْلعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ
يُوَرِّثُوا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرِّثُوْا اْلعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Dari Abi Darda dia berkata :”Aku mendengar
Rasulullah saw bersabda”: “Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu
maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena ridla (rela)
terhadap orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang yang mencari ilmu akan
memintakan bagi mereka siapa-siapa yang ada di langit dan di bumi bahkan
ikan-ikan yang ada di air. Dan sesungguhnya
eutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti
keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang. Sesungguhnya para
ulama itu adalah pewaris para Nabi, sesugguhnya para Nabi tidak mewariskan
dinar dan dirham, akan tetapi mereka
mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu,
maka dia sudah mengambil bagian yang besar.” (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu
Majjah).
Rosululloh juga bersabda:
عَنْ
أَنَسِ ابْنِ مَالِكِ قاَلَ: قَالَ رَسُوْ لُ اللّهِ صَلَىّ اللُّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ اْلعِلْمِ كَانَ فِيْ سَبِيْلِ
اللّهِ حَتَّى يَرْجِعُ
Artinya: “Dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasulullah
saw : “barangsiapa keluar (pergi) untuk
mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga kembali (HR. Tirmidzi).
§ KETELADANAN DALAM MENUNTUT ILMU
§ Kesabaran dan
Kesungguhan Menuntut ilmu.
§ Belajar setiap
hari.
§ Membaca kitab
sebagai pengusirb kantuk.
§ Berusaha
mendapatkan faidah ilmu meski di dalam kamar mandi.
§ 40 tahun
tidaklah tidur ,kecuali kitab berada di atas dadanya.
§ Tidaklah
berjalan kecuali bersamanya ada kitab.
§ Menjual rumah
untuk membeli kitab.
§ Mengulang ulang
membaca kitab hingga berkali kali.
§ Kesungguhan
menulis.
Sumber:
http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=9&aid=122& pid=arabicid
http://jondrapianda.blogspot.com/2011/11/bab-2-hadis-tentang-menuntut-ilmu.html
http://indonesian.irib.ir/en/al-quran/-/asset_publisher/b9BB/content/tafsir-al-quran-surat-at-taubah-ayat-119-122
0 komentar:
Posting Komentar